Salah satu peran Sunan Kalijaga dalam penyebaran islam di tanah Jawa adalah sebagai arsitek pembangunan Masjid Agung Demak, mulai tahun 1477 M sampai 1479 M. Pembangunan masjid ini ditandai dengan "Sengkala Memet" atau gambar berbentuk bulus. Kerata basa "bulus" yaitu "yen mlebu kudu alus", maksudnya siapapun yang masuk masjid untuk beribadah harus halus lahir batinnya, tawadlu' merendahkan diri di hadapan Allah SWT.
(puteramentari.com) |
Peninggalan-peninggalan Suna Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga
Makam sunan kalijaga terletak di desa Kadilangu Kabupaten Demak yang treletak 3 km dari alun-alun demak atau Masjid Agung Demak ke arah tenggara. Makam Sunan Kalijaga sangat ramai diziarahi para peziarah dari berbagai wilayah di Indonesia.
Saka Tatal Sunan Kalijaga
Saka Guru Masjid Agung Demak terdiri atas 4 saka guru yang masing-masing merupakan jariyah 4 wali. Saka Guru sebelah tenggara dari Sunan Ampel, Saka Guru sebelah barat daya dari Sunan Bonang. Sunan Gunung Jati membuat saka guru sebelah Timur Laut dan Saka guru sebelah barat laut dibuat khusus oleh Sunan Kalijaga.
Saka yang dibuat oleh Sunan Kalijaga terbuat dari "tatal" yaitu potongan-potongan kayu yang diikat dengan rumput "lawatan". Kemudian lebih dikenal dengan "Saka tatal". Saka yang berdiameter 1.45 m dengan tinggi 32 m dan berbentuk bulat yang bergandung falsafah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Menciptakan Wayang Purwa (Wayang Kulit)
Kesenian pada masa kerajaan Majapahit yang sudah ada dinamakan wayang, yaitu gambar yang dilukiskan di atas kertas lebar. Sementara wayang beber sudah punah seiring runtuhnya kerajaan Majapahit. Namun, oleh Sunan Kalijaga kesenian itu dibangitkan supaya hidup kembali dengan media keislaman. Wayang yang dibuat dengan kulit kambing inilah yang diberi nama "Wayang Purwa", yang sekarang lebih dikenal dengan istilah wayang kulit.
Menciptakan 2 Perangkat Gamelan
Dua perangkat gamelan yang dicptakan oleh Sunan Kalijaga adalah Kanjeng Kiai Sekati dan Nyai Sekati. Penanaman dua perangkat gamelan ini melambangkan dua kalimah Syahadat atau lebih dikenal dengan nama "Sekaten". Sesuai dengan wasiat Sunan Kalijaga bahwa dua perangkat gamelan tersebut harus sejodho (sepasang), begitu juga dengan lambang syahadat. Oleh karena itu, kraton Kasunana Surakarta yang hanya menerima pembagian gamelan Kanjeng Kiai Sekati, lalu dibuatlah pasangan baru (duplikat Kanjeng Nyai Sekati) yang diberi nama "Guntur Madu" dan "Guntur Sari". Begitu juga Kraton Kasultanan Yogjakarta yang hanya menerima gamelan Kanjeng Nyai Sekati, maka dibuatlah pasangannnya (duplikat Kiai Sekati) dengan nama "Guntur Madu" dan "Nogo Wilogo".
Menciptakan Lagu Dhandang gula dan Tembang Lir Ilir
Dhandang gula merupakan salah satu tembang Macapat yang setiap baitnya terdiri dari 10 baris dengan guru lagu seperti : 10/i, 10/a, 8/e, 7/u, 9/i, 7/a, 6/u, 8/a, 12/i, 7/a. Sedangkan tembang Lir Ilir digunakan untuk memupuk semangat masyarakat supaya memahami hakikat manusia, yaitu beribadah kepada Allah SWT.
Menciptaka Desain Baju Taqwa
Baju taqwa yang dimaksud diambil dari kata "libasuttaqwa". baju ini juga dikenal dengan istilah "baju koko".
Meninggalkan Dua Karya Tulis (Serat Dewaruci dan Suluk Linglung)
Serat Dewaruci, adalah serat yang membahas perjuangan Sunan kalijaga yang mencari makna ajaran agama Islam yang paling dalam kepada nabi Khidir.
Suluk Linglung, adalah serat yang membahastentang Sunan Klijaga ketika masih belajar Islam, kemudian jatuh cinta kepada ajaran tersebut. Kono, ada pertanyaan yang tak dapat dijawab oleh gurunya sehingga beliau menjadi bingung (linglung).
No comments:
Post a Comment