26 September 2020

Mengenal Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)

Sunan Kalijaga atau Raden Mas Syahid - Sunan Kalijaga bernama asli Raden Mas Syahid. Semasa mudanya pernah dijuluki raden Lokajaya, Pangeran Tuban dan Syekh Malaya. Beliau merupakan putra dari Tumenggung Wilatikta (Adipati Tuban) atau Raden Sahur dengan Dewi Nawangrum. Beliau Lahir sekitar tahun 1455 dan wafata tahun 1586. Usia beliau kurang lebih 131 tahun. Oleh karenanya beliau banyak mengalami kekuasaan, diantaranya pada akhir kekuasaan kerajaan Majapahit, Kesultanan Demak, Kasultanan Cirebon dan Banten. Bahkan beliau mengalami masa Kasultanan Pajang.

Mengenal Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
(historia.id)

Sunan Kalijaga menikah dengan dua orang, yang pertama Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, berputra tiga orang yaitu : Raden Umar Sa'id (Sunan Muria), Dewi ruqayyah dan Dewi Sofiyah. Istri yang kedua bernama Dewi Sarokah atau Siti Zaenab binti Sunan Gunujng Jati. Istri pertama Suana Kalijaga merupakan saudara kandung Raden Paku (Sunan Giri). Sedangkan Dewi Sarokah berputra 5 orang, yaitu : Kanjeng Ratu Pambayun (istri Sultan Trenggono), Nyai Ageng Panenggak (istri Kyai Pakar), Sunan Hadi, Raden Abdurrahman dan Nyai Ageng Ngerang.

Menurut banyak versi, masa remaja Raden Syahid nakal dan sulit dikendalikan. Raden Syahid pernah diusir dari istana karena ketahuan menjarah hasil bumi orang tuanya sendiri. Sehingga beliau dijuluki Raden Lokajaya. Raden Syahid semakin leluasa karena kesaktiannya yang luar biasa, waktu itu belum ada yang bisa menandinginya, kecuali Sunan Bonang. Hanya Sunan Bonang yang sanggup membuat hati Raden Syahid luluh dan kagum terhadap KAROMAH yang dimilkinya.

Kekaguman Raden Syahid inilah yang mengantarkan menjadi murid Sunan Bonang. Namun, Sunan Bonang mau menerima menjadi murid asalkan Raden Syahid sanggup menjaga tongkatnya di tepi kali (sungai). Setelah beberapa tahun, Sunan Bonang kembali ke sungai tersebut dan mendapati Raden Syahid masih berada di sungai tersebut dan setia menjaga tongkat Sunan Bonang. Inilah kenapa raden Sahid diberi gelar Sunan Kalijaga yang artinya Sunan penjaga tongkat di dekat kali.

Raden Syahid kemudian diangkat menjadi anggota Walisongo bersama Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Paku (Sunan Giri) dan Raden Qosim (Sunan Drajat) pada tahun 1463. Wilyah dakwahnya berada di daerah Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.


Ajaran Sunan Kalijaga

Ajaran Sunan Kalijaga menjadi rujukan para ulama dan menjadi panutan umat muslim di Jawa. Beliau salah satu wali yang memperakarsai ajaran Islam berbasis tauhid yang dikombinasikan dengan tradisi budaya Jawa. Oleh karena itu ajaran-ajaran Sunan Kalijaga lebih dekat dan diterima oleh masyarakat. Diantara ajaran-ajaran Sunan Kalijaga adalah 

1. Menciptakan Tradisi Kurban di Demak

Sebelum tahun 1506 M, di Demak terdapat tradisi korban Rajaweda yang bertentangan dengan ajaran islam. Dalam tradisi tersebut, masyarakat berburu kerbau liar di hutan. Lalu disembelih tanpa memperdulikan cacat atau tidaknya. Darah hasil sembelihan kemudian diminumkan kepada peserta ritual sebagai bentuk sesaji. Tujuan upacara ini adalah memberikan sesaji kepada dewa SiwaBudha agar tidak murka dan menimbulkan bencana bagi rakyat dan negara.

Oleh Sunan Kaljaga tradisi tersebut diberi sentuhan keislaman dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Diisyaratkan harus binatang ternak (kerbau, sapi, kambing)yang sehat, gemuk, dan tidak cacat. Dagingnya untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin/yatim piatu. Tujuannya un mutlak untuk shodaqoh lidaf'il balak (untuk menolak balak), sebagai sarana syukur kepada Allah SWT.

2. Pengajar agama yang mencintai kesenian

Kecintaan terhadap tradisi dan kesenian Jawa ini membuat jati diri Sunan Kalijaga ini lebih elegan dari pada yang lain. Penampilan yang jawani, tapi tidak ketinggalan. Justru Sunan Kalijaga berhasil menyerap tradisi jawa kemudian dipadukan dengan ruh keislaman sehingga masyarakat berduyun-duyun masuk islam.

Berkat ajaran Suna Kalijaga inilah lahirlah tradisi-tradisi keislaman yang samapi sekarang ini masih dilanggengkan, diantaranya tradisi nanggap wayang, nyadran, Qurban, Syawalan, tahlilan dan lain sebagainya. Tradisi semacam ini ternyata dapat menyaukan ummat Islam sehingga dapat memperkuat ajaran Ahlussunnah Wal jama'ah.

3. Pencipta Filosofi Jawa Islam

Diantara filosofi dari Sunan Kali Jaga adalah tentang luku dan pacul yang memanfaatkan alat-alat pertanian yang digunakan masyarakat. Luku dan pacul dikenal luas oleh masyarakat petani sebagai lambang kemakmuran. Maksud dari ajaran luku dan pacul adalah :

Luku terdiri atas tujuh bagian yaitu :
  • Pegangan, artinya orang yang punya cita-cita harus mempunyai prgangan yaitu Al-qur'an dan Hadits.
  • Pancadanmancad artinya jika sudah mempunyai pegangan , maka segeralah bertindak dan jangan ditunda-tunda.
  • Tanding, artinya setelah bertindak harus membanding-bandingkan dan meilih yang dianggap lebih baik.
  • Singkal, artinya metu soko ing akal, setelah dipikir, dibandinkan dan diteliti, maka ditarik kesimpulan cara apa yang dapat untuk mencapainya.
  • Kejen, artinya kesawijenan yaitu kesatuan atau pemusatan akal (fokus)
  • Olang-aling, artinya sesuatu yang menutupi sudah hilang atau cita-cita sudah nampak bayangannya.
  • Racuk, artinya ngarah ing pucuk, yaitu mengehndaki derajat yang paling tinggi.
Pacul, terdiri dari tiga bagian, yaitu :
  • Pacul, singkatan dari ngipatake kang muncul, artinya dalam mengejar cita-cita tentu muncul godaan yang harus disingkirkan
  • Bawak, singkatan obahing awak, menggerakkan badan. Semua godaan harus dihadapi dengan kerja keras.
  • Doran, singkatan dari dedonga ing pangeran, berdo'a keada Tuhan. Upaya mengejar cita-cita tidak cukup hanya dengan usaha saja, melainan harus dengan berdo'a kepada Allah SWT.

No comments:

Post a Comment

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *